Islam dan sains modern #Abdurrohim Harahap S.Th.I., M.Us.

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2604165452128321"
     crossorigin="anonymous"></script>

Abdurrohim Harahap S.Th. I. M. Us. 




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
         Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangatlah maju, sudah banyak dikembangkan teknologi-teknologi modern disemua aspek kehidupan. Namun dibalik semua itu ternyata Islam memiliki peran besar didalamnya. Sebelum ilmu pengetahuan tersebut di temukan, di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang ilmu-ilmu tersebut.
         Dapat diambil contoh dari disiplin ilmiah yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim di bidang astronomi, yaitu bidang yang berhubungan dengan peredaran benda-benda langit, para ilmuan melakukan penelitian hingga begitu lama dan mendapatkan jawaban tentang benda-benda langit, mereka mengatakan bahwa semua peredaran benda-benda langit dapat dihitung dengan rumus-rumus. Sedangkan hal ini telah diterangkan oleh Allah S.W.T dalam Al-Qur’an sebelum mereka lahir. “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan,” (Q.S Ar-Rahman 55 : 5)
         Kemudian fungsi langit sebagai atap yang dituliskan dalam Al-Qur’an “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan)dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan)itu buah-buahan sebagai rezeki untukmn. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah 2 : 22). Allah S.W.T telah menjelaskan di dalam ayat diatas tentang langit. Hal ini kemudian diteliti selama bertahun-tahu oleh ilmuwan dan mereka mendapatkan jawaban serta kesimpulan bahwa langit melindungi manusia dari terpaan angin matahari (melalui medan magnet bumi), dari sinar ultraviolet (melalui atmosfer), dari kejatuhan benda angkasa seperti meteor dan batu angkasa (melalui atmosfer), menahan gas-gas yang diperlukan bagi kehidupan (melalui gravitasi bumi), serta mempertahankan suhu bumi tetap hangat (melalui efek rumah kaca).
         Dari dua kasus diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya dalam Al-Qur’an telah banyak tanda-tanda keilmuan yang dapat digali oleh manusia. Namun, pada saat ini banyak orang beranggapan bahwa penemuan-penemuan tersebut adalah penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh para ilmuwan, padahal sebenarnya, itu bukanlah penemuan baru yang diciptakan oleh manusia, melainkan kekuasaan Allah S.W.T yang baru ditemukan kemudian dipelajari secara terus-menerus oleh manusia hingga terpecahkanlah penemuan tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini, makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa Islam sangat memiliki pengaruh terhadap Ilmu Pengetahuan (Sains).




1.2 Rumusan Masalah
a.             Apa Bukti Nyata Bahwa Islam Memiliki Peran Dalam Bidang Sains?
b.            Mengapa Sains Dikatakan Sebagai Ilmu?
c.             Apa Hubungan Islam Dan Sains Modern?


1.3 Tujuan
                    Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a.             Memberikan pengetahuan sejarah dan bukti nyata tentang ilmuwan Islam yang memiliki peran dalam bidang sains.
b.            Menjelaskan tentang manfaat sains dalam kehidupan hingga sains dapat dikatakan ilmu. Yang berarti bahwa sains wajib dipelajari.
c.             Menjelaskan hubungan Islam dan Sains Modern.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Ilmuwan Muslim Generasi Awal
         Dunia Islam yang diterangi oleh cahaya Al-Qur’an pernah mencapai masa keemasan di bidang sains, teknologi dan filsafat tepatnya dibawah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa sekitar abad ke-8 sampai ke-15. Masa keemasan itu ditandai oleh berkembangnya tradisi intelektual dan kuatnya spirit pencarian serta pengembangan ilmu pengetahuan yang diawali dengan translasi massif atas karya-karya tulis para filsuf Yunani kuno. Dalam rentang masa keemasan ini, lahirlah para ilmuwan besar dan masyhur, seperti Al-Biruni (Fisika dan Kedokteran), Jabir ibn Hayyan (Kimia), Al-Khawarizmi (Matematika), Al-Kindi (Filsafat), Al-Razi (Kimia dan Kedokteran), dan juga Al-Bitruji (Astronomi). Selain itu, juga ada Ibn Haitsam (Teknik dan Optik), Ibn Sina (Kedokteran), Ibn Rusyd (Filsafat), dan Ibn Khaldun (Sejarah dan Sosiologi).
         Nama-nama tersebut merupakan nama-nama besar yang telah sangat terkenal sejak lama. Sejarah ilmu pengetahuan terus menguak nama-nama sarjana muslim pada masa keemasan peradaban Islam. Abu Al-Wafa’ Al-Buzjani yang memiliki nama lengkap Abu Al-Wafa’ Muhammad ibn Muhammad ibn Yahya ibn Ismail ibn Abbas Al-Buzjani (1.940 M) adalah pencetus rumus sinus, kosinus, sekan kosekan. Sebelum Ibn Haitsam, Dunia Islam telah memiliki ahli optik pencetus hukum pembiasan cahaya, yaitu Ibn Sahl atau Abu Sad Al-Ala ibn Sahl (1.940 M, w. 1000 M). Al-Dinawari yang mempunyai nama lengkap Abu Hanifah Ahmad Ibn Dawud Dinawari lahir pada 828 M di kota Dinawar, menulis kitab Al-Nabat (Buku Tumbuh-Tumbuhan) yang membahas 637 jenis tanaman, tahap demi tahap sejak tumbuh hingga mati.
         Ilmuwan Muslim tidak hanya memelopori bidang sains dan kedokteran, tetapi juga bidang teknik dan rekayasa. Abbas Qasim ibn Firnas atau Ibn Firnas adalah sarjana pertama yang membuat percobaan penerbangan. Pada tahun 825, Ibn Firnas menggunakan satu set sayap dari kain yang dibentangkan dengan kayu melompat dari menara Masjid Agung Cordova. Percobaannya terus diperbaiki dan ia berhasil terbang secara terkendali.
         Syaikh Rais Al-Amal Badi Al-Zaman Abu Al-‘Izz ibn Ismail ibn Al-Razzaz Al-Jazari adalah sarjana pertama yang mengambangkan robotika pada abad ke-13. Robot pertama Al-Jazari berbentuk perahu dan diapungkan di danau dengan ditumpangi empat robot pemain musik.
         Para sarjana muslim tersebut menjadi jembatan dan perantara bagi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern saat ini. Dari Dunia Islamlah, ilmu pengetahuan mengalami transmisi, diseminasi, dan proliferasi ke dunia Barat yang mendorong munculnya zaman pencerahan (Renaisans) di Eropa. Melalui Dunia Islam, Barat mendapat askes untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Singkat kata, tanpa peran sarjana muslim klasik, tidak mungkin disaksikan telepon, mesin fax, televisi, mobil, komputer, pesawat yang mampu mengengkut jamaah haji dengan cepat, maupun pesawat ulang-alik Challenger atau Soyuz.


2.2 Ketika Sains Tidak Dipelajari
        Manusia dibekali dengan akal, yaitu sebuah elemen tubuh yang dimiliki hanya oleh menusia dan tidak dimiliki oleh hewan atau tumbuhan, sedangkan produk riil dari akal adalah sains yang terbukti sangat ampuh dan digdaya. Dalam rentang waktu pendek, Afganistan dan Irak yang terbelakang luluh lantak oleh produk sains negara-negara Barat, khususnya Amerika dan Inggris. Negara-negara maju yang menjadi kiblat peradaban saat ini baik di Barat maupun Timur adalah mereka yang menguasai sains dan teknologinya. Itulah mengapa sains dikatakan sebagai ilmu, kerena sains adalah suatu hal yang wajib dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar masyarakat tidak hanya menjadi konsumen, melainkan juga dapat menjadi produsen.
        Negara-negara Islam atau negara berpenduduk meyoritas muslim seperti Indonesia pada umumnya memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah. Tetapi, melimpahnya sumberdaya alam tersebut tidak membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat muslim. Indonesia yang dikenal dengan sebutan negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia justru terlilit hutang dan menjadi pemasok tenaga kerja kasar. Sumber daya laut yang sedemikian besar terabaikan dan sumber daya tambang berupa emas dan minyak tidak terkelola sendiri, tetapi meminta bantuan orang asing untuk mengelolanya. Sebabnya hanya satu, kita sebagai ummat muslim tidak menguasai ilmu pengetahuan, baik toritis maupun praktis. Sehingga membuat kita selalu menggantungkan diri kepada asing.
        Perhatian negara-negara Islam terhadap sains dan pengembangannya masih sangat rendah. Merujuk pada data Science Citation Index 2004, 46 negara Islam memberi kontribusi 1,17 persen pada penerbitan karya ilmia dunia. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan satu negara seperti India dan Spanyol yang masing-masing 1,66 persen dan 1,48 persen. Sebanyak 20 negara Arab menyumbang 0,55 persen dari total karya ilmiah dunia, sedangkan satu Israel saja menyumbang 0,89 persen.


2.3 Islam dan Sains Modern

       Tak ada benturan dan pertentangan antara Islam dengan sains," cetus Ketua Persatuan Ulama Umat Islam Dunia, Dr Yusuf Al-Qaradhawi, dalam sebuah kesempatan. Alih-alih bertentangan, para saintis modern Barat telah membuktikan bahwa ajaran Islam sangat sejalan dengan ilmu pengetahuan modern.




Alquran--sebagai kitab suci dan petunjuk hidup umat Islam--yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada 14 abad silam, secara mengagumkan, mengungkapkan sederet fenomena ilmu pengetahuan yang telah terbukti akurasi dan kebenarannya.

Setelah melakukan berbagai penelitian ilmiah, para saintis Barat telah membuktikan kebenaran janji Allah SWT tentang isi Alquran. Dalam surah Albaqarah ayat 2, Allah SWT berfirman, "Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa."

Prof Keith L Moore, guru besar Departemen Anatomi dan Biologi Sel Universitas Toronto, telah membuktikan kebenaran firman Allah SWT itu. "Saya tak tahu apa-apa tentang agama, namun saya meyakini kebenaran fakta yang terkandung dalam Alquran dan sunah," papar Moore yang terkagum-kagum dengan kandungan Alquran yang secara akurat menjelaskan perkembangan embrio manusia.

Berikut ini sebagian kecil fakta penting tentang kandungan Alquran yang sejalan dengan temuan dunia sains modern.

Pembentukan awan

Para saintis telah mempelajari beragam jenis awan. Selain itu, kalangan ilmuwan juga meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin. Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan.

Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Alquran pun menjelaskannya secara akurat. Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS Annur: ayat 43).

Baca Juga: https://jurnalilmiyah.blogspot.com/2020/10/metode-menghafal-al-masniari.html

        Setiap produk apapun jenisnya pasti membawa tata nilai dan pandangan hidup atau pandangan dunia dari produsennya. Contoh extrem dan gamblang adalah majalah play boy yang pernah diterbitkan di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia yaitu Indonesia. Play boy adalah produk yang sekaligus membawa pesan masyarakat penganut hidup bebas, termasuk freesex didalamnya. Majalah ini pelan tapi pasti akan menggiring pada tradisi dan kehidupan mesum, membangun masyarakat bebas seperti masyarakat hewan yang tidak memiliki akal dan tidak dapat menggali ilmu pengetahuan.

”Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan binatang-binatang ternak, ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah dan hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S Fatir 35 : 28 ). Produk diatas memang hasil cipta dari akal namun memiliki nilai yang sangat bertentangan dengan tata nilai muslim sebagai mayoritas masyarakat Indonesia.
       
 Sains sebagai produk yang diciptakan manusia tidak dapat dikecualikan atau diistimewakan. Ia membawa pandangan dunia tertentu dari kreatornya. Bedanya dengan produk yang tadi yang telah disebutkan diatas, sains selain lebih abstrak juga relatif tidak memiliki bandingan. Peradaban modern telah mencapai kemajuan material yang luar biasa, tetapi pada saat yang bersamaan telah melahirkan krisis yang cukup akut. Biang kerok dari semua kejadian buruk itu dituduhkan justru kepada sains sebagai panglima peradaban modern. Apa yang salah dari sains sekarang hingga perlu dibangun sains alternatif yang holistik, dan diantaranya adalah sains Islam? Bila sains Islam memang ada, apa perbedaan utamanya dibanding sains modern?
       
        Secara sederhana sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam menyibak realitas. Terkait dengan pengertian ini, sains menjadi tidak tunggal atau dengan kata lain akan ada lebih dari satu sains, dan sains satu dengan sains yang lain dibedakan pada apa makna realitas dan cara apa yang dapat diterima untuk mengetahui realitas tersebut.
        Setiap bangunan ilmu pengetahuan atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar ontologis, aksiologis dan epistemologis. Dimana ketiga pilar tersebut harus jelas dibangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam kalimat la ilaha illallah dan terdeskripsi dalam arkanul iman dan arkanul islam.mengapa demikian?        

Perbedaan 3 pilar sains Islam dan Modern :

Ø Pilar Ontologis, dalam Sains Islam yakni hal yang menjadi subjek ilmu, Islam harus menerima realitas material maupun nonmaterial sebagaimana dikatakan dalam Q.S Al-Haqqah ( 69 : 38-39 )

“Maka Aku bersumpah demi apa yang kamu lihat, dan demi apa yang tidak kamu lihat.” (Q.S Al-Haqqah 69 : 38-39)
Hal yang menjadi subjek ilmu adalah makhluk dimana makhluk tidak dibatasi oleh yang material dan terindra, tetapi juga yang imaterial. Tatanan ciptaan atau makhluk terdiri atas tiga keadaan fundamental, yaitu keadaan material, psikis dan spiritual. Namun dalam Sains Modern hanya menerima realitas materi dan pikiran, dan keduanya dipandang sebagai dua substansi yang sepenuhnya berbeda dan terpisah.                                                                                                                                                                
Ø    Pilar Aksiologis, dalam Sains Islam yakni terkait dengan tujuan dibangun atau dirumuskannya ilmu pengetahuan. Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam adalah dikenalkannya Sang Pencipta melalui pola-pola ciptaan-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Ali Imran ( 3 : 191 )
“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.
Namun, dalam Sains Modern, tujuannya telah bergerak menuju deisme. Yakni kepercayaan bahwa Tuhan memulai alam semesta dan kemudian membiarkannya berjalan.
Hal ini terbukti ketika ilmuwan bernama Leplace membuat buku tentang alam semesta dan tidak pernah menyebut Sang Pencipta.
Ø  Pilar Epistemologis, yakni pilar terpenting dalam ilmu pengetahuan dimana didalamnya mencangkup penjelasan serta pertanyaan, bagaimana kita dapat mencapai pengetahuan tersebut. Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad S.A.W sekaligus merupakan sumber intelektualitas dan spiritual Islam. Ia merupakan pijakan bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, melainkan juga semua jenis pengetahuan. Manusia memiliki fakultas pendengaran, penglihatan dan hati sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Namun meski demikian, sumber dari segala sumber tidak lain adalah Tuhan yang maha mengetahui. Salah satu sumber pengetahuan adalah Al-Qur’an. Meski bukan kitab sains, Al-Qur’an memiliki fungsi sebagai petunjuk bagi ummat manusia secara keseluruhan sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 185




“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda”.(Q.S. Al-Baqarah 2 : 185)
Dalam ayat tersebut jelas bahwa Al-Qur’an dapat dijadikan kontruksi ilmu pengetahuan. Namun dalam Sains Modern Al-Qur’an bukanlah apa-apa, bahkan mereka mengabaikan dan menyangkal segala aspek metafisik, spiritual dan estetis jagat raya. Eddington dan Whitehead menyatakan dengan tepat bahwa sains modern adalah jenis pengetahuan yang dipilih secara subjektif karena hanya berurusan dengan aspek-aspek realitas alam semesta yang dapat dipelajari oleh metode ilmiah.
Sains modern dibangun hanya dengan satu metodologi, yakni metodologi ilmiah yang didalamnya terkandung unsur logika, observasi dan eksperimentasi. Sehingga ketika mereka tidak melihat bukti secara nyata, mereka tidak akan menganggapnya ada dan malah akan menganggap bahwa hal tersebut tidak masuk akal karena tidak dapat dilogikakan.
        Logika bukanlah khas sains modern. Jauh sebelumnya, para ilmuwan dan filsuf muslim senantiasa menggunakan logika dan memandangnya sebagai suatu bentuk hikmah, bentuk pengetahuan yang sangat diagungkan Al-Qur’an. Di dalam penggunaan logika di kalangan sarjana muslim, terdapat istilah burhan, istilah yang menunjukkan metode ilmiah demonstrasi atau bukti demonstratif.Al-Ghazali menyatakan bahwa istilah mizan yang biasa diterjemahkan sebagai timbangan, merujuk antara lain pada logika. Artinya, logika adalah timbangan yang dengannya manusia menimbang ide-ide dan pendapat-pendapat untuk sampai pada penilaian yang benar.
        Seperti halnya logika, observasi dan eksperimentasi sudah tersebar luas di kalangan sarjana muslim jauh sebelum masa. Sejarah ilmu pengetahuan modern sering menyebutkan bahwa peralihan dari pendekatan metafisis silogistik Aristotelian dalam tradisi Yunani ke observasi dan eksperimen terjadi pada masa renasains Eropa dan ditandai oleh Novum Organon (Logika baru) dari Francis Bacon. Penyelidikan yang cermat dan jujur akan mengakui bahwa observasi dan eksperimen telah menjadi bagian dari aktivitas yang tak terpisahkan dari para sarjana muslim enam atau tujuh abad sebelumnya.
        Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa para sarjana muslim klasik bukan hanya sekedar penerjemah dan penerus tradisi dan pola pemikiran Yunani. Para ilmuwan muslim juga memberi kontribusi yang signifikan bagi ilmu pengetahuan, yakni observasi dan eksperimen.
        Dalam tataran ini epistemologi sains Islam adalah epistemologi sains modern plus atau diperluas, yakni plus penerimaan wahyu sebagai sumber informasi dan plus metodologi yang tidak tunggal atau kemajemukan metodologi seperti penerimaan metode ta’wil.
        Metode terakhir ini terkait dengan upaya penyingkapan realitas lebih tinggi, yang hanya mungkin pikiran tercerahkan oleh cahaya iman dan disentuh oleh keberkatan yang tumbuh dari wahyu karena ruh ditiupkan kepada yang menginginkannya. Bagi ilmuwan muslim adalah hal yang niscaya untuk sering berdoa dan meminta pertolongan Tuhan dalam memecahkan masalah-masalah ilmiah maupun filosofisnya. Karena itu, dapat dimengerti mengapa penyucian jiwa dipandang sebagai bagian yang terpadu dari metodologi pengetahuan Islam.

BAB III
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
        Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam dan Sains Modern memiliki hubungan yang sangat erat, sains dalam Islam merupakan penyempurnaan dari sains modern, para ilmuwan menggunakan akal dan logika mereka untuk memikirkan pengetahuan disegala bidang, namun mereka tidak terlepas dari hakikat agama Islam dimana dalam agama telah jelas dikatakan bahwa hanya Allah S.W.T yang Maha Mengetahui, kita sebagai manusia hanya dapat menjangkau apa yang dapat kita jangkau, sedangkan yang tidak, hal tersebut adalah takdir dari Allah S.W.T.
        Islam juga sebagai agama yang sempurna yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W untuk menyempurnakan agama sebelumnya. Dari kajian diatas dapat kita ketahui bahwa ternyata banyak ilmuwan muslim yang terkenal atas jasa-jasanya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka tentunya tidak semata-mata hanya melogikakan sesuatu, namun menerima ketetapan dari Sang Pencipta. Apa-apa yang mereka dapat gali dan diambil ilmunya, mereka lakukan. Namun jika tidak, mereka tidak memaksakan diri mereka untuk hal tersebut.

4.2 Saran
        Dalam makalah ini baik yang mencangkup pendahuluan, isi dan kesimpulan, tentunya tidak luput dari kesalahan, karena kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu, kami akan sangat berbahagia apabila ada saran yang positif untuk makalah ini demi kesempurnaannya. Walaupun kami semua tahu bahwa tidak akan ada yang sempurna. Namun setidaknya, revisi-demi revisi dapat memperbaiki isi dari makalah ini.

Baca juga: https://jurnalilmiyah.blogspot.com/2020/10/metode-menghafal-al-masniari.html

DAFTAR PUSTAKA

ü  Al-Qur’an (Al-‘Alim, Edisi Ilmu Pengetahuan)
ü  Amhar,Fahmi. 2010. TSQ Stories. Al Azhar Press. Bogor
ü  Murtiningsih,wahyu.2010.33 Dokter Paling Berpengaruh di Dunia. Cyrillus. Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Epistimologi Tafsir Politik/ Haraki/Siasi #Abdurrohim Harahap S.Th.I., M.Us.

Pengertian Tafsir Tematik #Abdurrohim Harahap S.Th.I., M.Us.

Pengertian Tafsir Lughawi #Abdurrohim Harahap S.Th.I., M.Us.