Dasar-Dasar Ilmu Al-quran dan Sains Modern
Oleh: Abdurrohim Harahap S.Th.I. M.Us.
BAB
I
DASAR-DASAR ILMU AL-QURAN DAN
SAINS MODERN
baca juga:https://jurnalilmiyah.blogspot.com/2020/10/metode-menghafal-al-masniari.html
1.0. Al-Qur’ān dan Sains
Al-Qur’ān
dan sains adalah dua kata yang mempunyai makna universal. Al-Qur’ān ialah
sebuah kitab yang menuntun kehidupan manusia. Al-Qur’ān membentuk suatu aturan
dan undang-undang yang berasal dari Allah SWT, Sedangkan sains adalah studi
terhadap Alam nyata yang tunduk kepada experiment-expeimen dan persepsi-persepsi manusia.[1] Sains adalah ilmu pengetahuan pada umumnya, Sains berasal dari
bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan.[2] Sains berarti ilmu, sains juga dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu dan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan.[3] Namun pada kajian ini sains dimaksudkan sebagai pengetahuan
sistematis tentang Alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, fisika, kimia,
biologi, geografi dan yang berkaitan dengannya yang disebut dengan sains Alam
atau sains modern. Di dalam al-Qur’ān terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan sains
yang disebut dengan istilah “ayat kauniyah” (kejadian Alam semesta),
dengan demikian kata lain daripada sains adalah kauniyah. Al-Qur’ān adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi SAW melalui malaikat jibril
yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan tawatur
(mutawatir) yang
mengandung seluruh ilmu yang ada dilangit dan dibumi yang berfungsi
sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat, membaca dan
mengkajinya merupakan ibadah kepada Allah SWT.
القرآن هو الكلام العجز المترل علي النبى المكتوب فى المصاحف المنقول الينا
با لتواتر المتعبد بتلاوته
“Al-Qur’an adalah kalam Allah
yang mengandung mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, tertulis
dalam mushaf, dinukil dengan cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah,”[4]
Mukjizat Rasulullah SAW yang paling agung ialah al-Qur’ān al-karīm
yang diturunkan dalam bahasa arab.[5] Al-Qur’ān menyatakan dirinya sebagai al-Kitāb[6], al-Furqān[7], al- Hudā[8], as-Shifā,[9] al’Ilm,[10] dan beberapa nama lainnya.[11] Nama-nama ini secara rinci memberi indikasi bahwa Al-Qur’ān adalah
kitab suci yang berdimensi banyak dan berwawasan luas.[12] ditambah lagi isyarat-isyarat ilmiahnya yang sungguh
mengagumkan ilmuwan masa kini.[13] Al-Qur’ān juga berperan utama dalam konteks perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya sains modern.[14] Bahkan saat ini al-Qur’ān dijadikan sebagai rujukan utama dalam
berbagai disiplin ilmu seperti sains qur’ani dan kurikulum sains berbasis
al-Qur’ān dan sunnah.[15]
Al-Qur’ān membuktikan diri sebagai mukjizat yang komprehensif karena
ia tetap relevan dengan perkembangan mutakhir yang dicapai umat manusia di era
ilmu dan nalar saat ini. Sebuah era baru yang melampaui segala sesuatu yang
bersifat material dan fisikal, dan memberikan perhatian besar pada aspek
pemikiran dan nalar, sebab ia merupakan pilar utama yang menjadi pondasi
seluruh kehidupan manusia.[16]
Pernyataan al-Qur’ān sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan[17] tampaknya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam kitab Jawāhir al-Qur’ān, Imam Al-Ghazali menerangkan pada Bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari al-Qur’ān al-Karīm. Bahkan hampir semua ilmu pengetahuan yang muncul di permukaan saat ini telah termuat di dalam kitab suci al-Qur’ān, walaupun tidak dijelaskan secara rinci. Seperti yang dikatakan Muzaffar Iqbal: “Qur’ān does not explain how or when was created, it does invite its readers to study the physical world. (Qur'ān tidak menjelaskan bagaimana atau kapan diciptakan, itu karena untuk mengundang para pembacanya untuk mempelajari dunia fisik)”[18]
Al-Qur’ān mengandung isyarat-isyarat ilmiah, sehingga tidak cukup makna untuk mempersentasekan berbagai ilmu karena bersifat global (kulliyah). Di sinilah letak pentingnya parameter akal (‘aqlī) untuk meneliti dan mengamati secara detail pesan-pesan sains yang yang di ungkap secara global di dalam al-Qur’ān. Al-Qur’ān selalu menyentuh persoalan tersebut secara umum, Seperti pembentukan bumi dan tujuh lapis langit[19], peredaran bintang-bintang,[20] peredaran matahari,[21] proses terjadinya hujan,[22] perkawinan tumbuh-tumbuhan,[23] segala makhluk hidup diciptakan dari air,[24] dan masih banyak ayat-ayat al-Qur’ān yang mengandung dan berhubungkait dengan ilmu sains modern lainnya.[25]
Al-Qur’ān turun sejak 14 abad silam sebagai wahyu Ilahi telah mampu menembus batas-batas metafisika[26] dan futuristic (berhubungan dengan masa yang akan datang). [27] Dalam kerangka pikir modern, al-Qur’ān dan sains bagaikan minyak dan air, walaupun sama-sama cair namun keduanya masing-masing mempunyai unsur dan kandungan yang berbeda.[28] Oleh sebab itulah meskipun al-Qur’ān pada dasarnya adalah kitab keagamaan, namun kajian-kajian dan kandungan isinya tidak terbatas pada bidang-bidang keagamaan semata. Ia meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. Al-Qur’ān bukanlah kitab sains[29] tetapi di dalamnya terdapat kajian-kajian mengenai persoalan sains.[30]
Al-Qur’ān adalah
hidayah bagi
orang-orang yang beriman. Sebagian besar al-Qur’ān
mengandung
ajaran Tauhid, Syari’ah, dan Akhlak. Dalam beberapa tempat al-Qur’ān memberikan isyarat ilmiah yang kebenarannya telah dibuktikan oleh
sains modern Abad 20 ini, Sehingga bisa dikatakan bahwa ia adalah dalil
terbesar akan kebenaran al-Qur’ān sebagai wahyu
Allah SWT. Inilah yang disebut dengan Mukjizat al-Qur’ān
dalam bidang sains atau dalam buku ini disebut sebagai sains Qur’āni. Untuk memahami
kebenaran ayat sains (kauniyah) tentu tidak cukup hanya dengan membaca al-Qur’ān dan memahami tafsirnya. Hal ini karena ungkapan al-Qur’ān selalu bersifat global dan tidak merincinya
secara detail.
Dalam memahaminya kita perlu penalaran
tinggi dan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan akal dan panca
indra yang Allah SWT berikan sebagai alat untuk mengkajinya melalui penalaran
dan experiment-experiment yang dijalankan.
Kebenaran mutlak tentang sains yang disebutkan al-Qur’ān sejatinya tidaklah bertentangan dengan
kebenaran mutlak hasil penemuan
Ilmiah modern. Hal ini karena al-Qur’ān merupakan kebenaran yang berasal dari
Allah SWT. Semakin maju dan pesatnya perkembangan sains modern, semakin menguak
ilmu-ilmu yang terkandung dalam al-Qur’ān. Hal ini menjadi bukti akan kebenaran
firman Allah SWT yang termuat dalam al-Qur’ān, sebagai landasan hidup manusia
guna mewujudkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini
telah dijelaskan Allah SWT dalam Firman-Nya:
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي
أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ
بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur’ān itu adalah benar”.[31]
Demikianlah
Allah SWT menjelaskan tanda-tanda kebesaran dan kebenarannya melalui al-Qurān.
Tanda-tanda itu tidak hanya dijelaskan melalui ayat-ayat qauliyah yang dibaca,
tetapi juga dijelaskan melalui ayat-ayat kauniyah yang berkaitan tentang alam
yang dapat kita saksikan langsung dalam kehidupan kita sehari-hari.
1.1. Al-Quran
dan ‘Ilmu
Mencari ilmu sama dengan mencari kebenaran, dan kebenaran dapat
ditemukan dalam al-Qur’ān, kita juga tahu bahwa kebenaran terakhir adalah
berasal dari Allah SWT semata yang sering kita sebut dengan al-Haqq.
Oleh karenanya salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Aallah SWT adalah dengan mencari kebenaran itu sendiri melalui
jalan yang telah ditetapkan dalam al-Qur’ān. Dalam perspektif al-Qur’ān, lafaz ‘ilm
dan ‘Alam mempunyai akar kata yang sama yaitu terdiri dari kata ع- ل- م, hal ini menunjukkan
bahwa ‘ilm dan alam mempunyai kaitan yang sangat signifikan, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa alam semesta adalah bahagian dari ilmu dan ia merupakan
tanda-tanda kebesaran dan kewujudan Allah SWT yang hanya di dapatkan melalui
ilmu. Al-Qur’ān menyatakan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi
dan bergantinya siang dan malam adalah salah satu tanda-tanda kewujudan-NYA
bagi mereka yang berakal. Dengan demikian Alam adalah sarana bagi kita untuk
mengenal Allah SWT dengan cara mempelajari dan mengkajinya.
Sejak pertama
kali diturunkan, al-Qur’ān
telah mengisyaratkan pentingnya ilmu pengetahuan dan menjadikan proses
pencariannya sebagai ibadah. Di samping
itu, al-Qur’ān juga menegaskan
bahwa satu -satunya sumber
ilmu pengetahuan adalah Allah
SWT. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebenarnya tidak ada pemisahan ilmu dalam pandangan al-Qur’ān.[32] Dengan demikian, al-Qur’ān
dan sains merupakan dua komponen yang saling berkaitan. Proses pembelajaran
pada hakikatnya adalah proses mengamati, menemukan,
memahami, dan menghayati sunnatullah, yang
berupa fenomena alamiah
maupun sosial, kemudian mengaplikasikan pemahaman
tersebut bagi kemaslahatan hidup
manusia dan lingkungannya
serta menjadikan kesadaran adanya
Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna.
Selain
Alam semesta, Allah SWT juga menurunkan al-Qur’ān kepada manusia sebagai
ayat-ayat dalam bentuk bacaan atau ucapan. Ayat-ayat ini diturunkan sebagai
bukti kebenaran kenabian Muhammad SAW dan juga untuk menambah keimanan
seseorang dengan mengkaji dan mentadabburi kandungan al-Qur’ān. Dengan demikian
jelaslah bahwa Allah SWT menyajikan kepada kita dua macam ayat sebagai sarana
untuk mengenalinya, yaitu ayat al-Kauniyah (Alam semesta) dan al-Qauliyah
(al-Qur’ān). Melalui pengkajian yang intensif terhadap kedua macam ayat tersebut
maka muncullah dua kategori ilmu yang kita kenal dengan ilmu agama dan ilmu
umum. Ilmu Agama muncul sebagai hasil kajian yang mendalam terhadap al-Qur’ān sebagai
ayat al-Qauliyah, sedangkan ilmu-ilmu umum muncul sebagai hasil kajian yang
mendalam terhadap alam sebagai ayat al-Kauniyah. Pembagian ilmu kepada ilmu
agama dan umum ini sebenarnya kurang tepat karena pada hakikatnya kedua ilmu
tersebut saling berkaitan dan memiliki nilai keagamaan, bahkan sangat banyak ditemui
kajian umum tentang Alam dalam al-Qur’ān.
Dalam
pengantar buku al-Jāhiz kitab al-Hayawān mengatakan bahwa; “Zoology ilmu
hewan merupakan cabang daripada ilmu Agama karena tujuan utama pengkajiannya adalah
untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT sebagaimana terlihat pada hewan”. Namun
karena kebanyakan ilmuwan sekarang tidak lagi membaca alam semesta yang
dijadikan objek kajiannya sebagai ayat Allah SWT, maka tidak lagi mengandung
nilai-nilai keagamaan karena ilmu-ilmu model seperti ini sudah mengalami proses
sekulerisasi.[33] Kalau kita kembali membaca Alam sebagai ayat Allah SWT sebagaimana
kita membaca al-Qur’ān, maka baik dalam ilmu Agama maupun ilmu Umum akan
terlihat jelas nilai-nilai keislamannya dan tidak ada pemisahan diantaranya
keduanya.
Al-Qur’ān merupakan
sumber ilmu pengetahuan bagi manusia. Al-Qur’ān
mencakup segala
ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu non agama (umum). Dalam agama,
dengan menjadikan al-Qur’ān sebagai “rule
of life” akan menghantarkan kita kepada jalan yang benar, sedangkan dengan
mempelajari dan meneliti ilmu-ilmu saintifik al-Qur’ān akan
mengantarkan kita kepada penemuan ilmu baru (sains huduri). Membaca,
mempelajari, mengamati dan meniliti sangat diperlukan dalam memahami al-Qur’ān, tidak hanya menemukan ilmu-ilmu baru, tetapi proses itu
juga merupakan ibadah yang mengandung pahala dan kebaikan.
Al-Qur’ān sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad
SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia, sejatinya tidak hanya berisi tentang hukum-hukum
permasalahan agama saja. Kitab suci ini juga memuat tentang tanda-tanda
kebesaran Allah SWT yang bisa kita lihat di sekeliling kita.
Tanda-tanda tersebut berupa segala bentuk ciptaan Allah SWT berupa Alam semesta dan semua yang ada di dalamnya.
Yang kesemuanya itu disebut dengan ayat kauniyah. Melalui ayat qauliyah dan
kauniyah kita bisa menemui bukti-bukti kebesaran Allah SWT.
1.2. Ayāt Qauliyah
Secara bahasa, Qauliyah berasal dari kata قال yang maknanya adalah perkataan
atau ucapan, yakni ayat Allah SWT berupa ucapan yang difirmankan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril AS. Sedangkan secara istilah
ayat Qauliyah adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril berupa ayat-ayat yang ditulis dalam mushaf
yang dapat kita temui dan baca dalam kitab suci Al-Qur’ān. Terdiri dari 6326/6666
ayat, 114 surah, dan 30 juz. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek seperti ‘aqidah,
syariah, akhlak, dan berbagai cabang disiplin ilmu agama maupun
umum, termasuk tentang cara mengenal Allah SWT. Salah satu
contoh ayat qauliyah yang sering kita baca seperti:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah (ya Muhammad)
dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan
perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.[34]
Apa yang harus dibaca? Yang harus dibaca adalah Alam semesta
yang diciptakan Tuhan ini yang banyak mengandung ilmu pengetahuan. Tuhan
sengaja menciptakan Alam semesta ini agar dipelajari oleh manusia sebagai suatu
ilmu pengetahuan. Tuhan juga memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia sejak
awal penciptaan manusia sebagai pembeda dengan makhluk lainnya.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu
Alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha
membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian
mengambil kesimpulan. Seorang mukmin yang baik tidak hanya sekedar
mencari kebesaran Allah SWT melalui ayat-ayatnya di dalam al-Qur’ān (qauliyah)
melainkan juga mencari ilmu dan kebesaran Allah SWT melalui Alam semesta (kauniyah).
Ayat qauliyah dan kauniyah ini tidak bertentangan satu sama lainnya dan keduanya
saling melengkapi, bahkan dalam beberapa tempat, ayat qauliyah menjelaskan
tentang ayat kauniyah, begitujuga sebaliknya. Dengan kajian mendalam terhadap
ayat kauniyah akan dapat mengantarkan pengkajinya lebih meyakini dan mengimani
ayat-ayat qauliyah yang dibacanya.
baca juga:https://jurnalilmiyah.blogspot.com/2017/11/metode-tafsir-sayyid-qutub-dalam-kitab.html
1.3. Ayāt
Kauniyah
Kauniyah berasal dari kata كان yang maknanya adalah bukti (sesuatu yang
telah ada). Secara istilah Ayat kauniyah
adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia yang diciptakan oleh
Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah SWT berupa
Alam semesta dan semua yang ada di dalamnya termasuk al-Qur’ān, sehingga manusia
berpikir dan meyakininya.[35] Demikian pula keindahannya, kerapian, dan kekokohannya yang
membuat kagum manusia yang berakal. Semua itu
menunjukkan keluasan ilmu Allah SWT dan keluasan hikmah-Nya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “apabila anda memperhatikan seruan
Allah SWT untuk tafakkur, hal itu akan mengantar
pada ilmu tentang Allah, tentang keesaan-Nya, sifat-sifat keagungan-Nya, dan
kesempurnaan-Nya, seperti qudrat, ilmu, hikmah, rahmat, ihsan, keadilan, ridho,
murka, pahala, dan siksaNya“. Begitulah cara Allah SWT memperkenalkan diri kepada hamba-hamba-Nya dan mengajak mereka
untuk merenungi ayat-ayat-Nya. Oleh karena itu, Al-Qur’ān banyak menyebutkan
perintah untuk merenungi ayat-ayat kauniyah dan bukti-bukti kekuasaan-Nya.
Secara umum, Ayat kauniyah
terbagi menjadi Tiga yaitu ayāt kauniyah maqru’ah, ayāt kauniyah mandzurah, dan ayāt kauniyah maqru’ah wa mandzurah. Ayat kauniyah
maqru’ah adalah segala sesuatu
tentang alam yang disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur’ān secara umum dan tertulis
(naqli ). Ayat kauniyah mandzurah adalah segala tanda-tanda kebesaran
Allah SWT yang tidak disebutkan dalam al-Qur’ān secara tertulis, tetapi dapat dilihat oleh panca indra manusia. Sedangkan
ayat kauniyah maqru’ mandzurah pula merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT yang ada dalam al-Qur’ān dan juga dapat dilihat secara langsung
dengan mata manusia.
Pembagian ini berdasarkan ayat Allah SWT yang
menjelaskan bahwasanya tanda-tanda kebesaran Allah SWT tidak hanya tertulis
didalam al-Qur’ān, tetapi tanda-tanda kebesaran Allah SWT juga terdapat pada
seluruh penciptaaanya yang ada pada Alam semesta, yaitu dilangit dan di bumi
dan apa-apa yang ada diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya simak pembagian
ayat-ayat kauniyah dibawah ini;
1.3.1. Ayāt Kauniyah
Maqru’ah (مقروئة كونية (
Secara bahasa ayāt kauniyah maqru’ah tediri
dari 3 suku kata, ayāt; tanda-tanda. Kauniyah; kejadian. Dan maqru’ah
yang berasal dari kata qara’ yang artinya membaca. Kata maqru’ah
merupakan isim maf’ul daripada kata qara’ yang artinya dibaca. Apabila
semua kata ini digabung maka dapat disimpulkan bahwa ayat kauniyah maqru’ah
adalah seluruh tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ada dilangit, bumi, dan
apa-apa yang ada diantara keduanya yang secara jelas dituliskan dalam al-Qur’Ān
dan kita dapat membacanya. Dinamakan maqru’āh karena kita dapat
membacanya. Tetapi ayat kauniyah maqru’ah
ini tidak dapat dilihat secara langsung dengan mata kasar manusia, seperti keindahan
syurga, neraka, makanana dan minuman yang ada surga, bentuk dan tempat-tempat
yang ada si surga, dan juga segala yang berkaitan dengan benda-benda langit
seperti ‘arasy, sidartul muntaha, padang mahsyar, titisn sidrtul muntaha, planet,
meteor, asteroid dan benda-benda bawah
tanah yang tidak dapat dijangkau penglihatan oleh manusia kecuali dengan izin
Allah SWT. Ayat kauniyah maqru’ah
banyak ditemukan dalam al-Qur’ān, khususnya tentang gambaran syurga dan
kenikmatannya seperti firman Allah SWT:
a)
Keindahan Arsitek dan Desain Syurga
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا
أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ
طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ
مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ
كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ
أَمْعَاءَهُمْ
“Perumpamaan (penghuni) jannah yang
dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai
dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang
tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di
dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka...”.[36]
Firman Allah SWT:
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا
مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
"Dan berilah khabar gembira kepada
orang yang beriman dan beramal soleh, sesungguhnya mereka beroleh syurga
yang mengalir di bawahnya beberapa sungai; tiap-tiap kali mereka diberikan satu
pemberian dari sejenis buah-buahan syurga itu, mereka berkata: Inilah yang
diberikan kepada kami dahulu dan mereka diberikan rezeki itu yang sama rupanya
(tetapi berlainan hakikatnya) dan disediakan untuk mereka dalam syurga itu
pasangan, isteri yang sentiasa bersih suci, sedang mereka pula kekal di
dalamnya selama-lamanya."[37]
b)
Luas
Surga
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Rabbmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa.[38]
c)
Kemah-kemah
di Syurga
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
“Bidadari-bidadari) yang pandangan mereka hanya kepada suami
dipingit dalam kemah-kemah”.[39]
d)
Kebun dan Buah-buahan di syurga
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (31) حَدَائِقَ
وَأَعْنَابًا (32) وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (33)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan. (Yaitu)
kebun-kebun dan buah anggur, wanita-wanita yang sebaya”.[40]
e)
Makanan dan Minuman Ahli Syurga
وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ (20)
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (21)
“Dan buah-buahan yang mereka pilih dan daging burung yang mereka
inginkan”.[41]
Firman Allah SWT:
وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ (32) لَا مَقْطُوعَةٍ
وَلَا مَمْنُوعَةٍ (33) وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ (34)
“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak
berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, serta kasur-kasur yang
tebal lagi empuk”.[42]
Firman Allah SWT:
قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (23) كُلُوا
وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ (24)
“Buah-buahannya
dekat, (kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan minumlah dengan sedap
disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu’.[43]
Firman Allah SWT:
وَيُسْقَوْنَ
فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا (17) عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى
سَلْسَبِيلًا (18)
“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang
campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang
dinamakan salsabil”.
[44]
Ayat-ayat di atas merupakah sebahagian
ayat-ayat kauniyah maqru’ah yang disebutkan dalam al-Qur’ān, tanda-tanda
kebesaran Allah SWT ini tidak dapat di indera oleh manusia secara langsung di
dunia dan hanya dapat di lihat dengan
izin Allah SWT di akhirat kelak.
1.3.2. Ayat Kauniyah Mandzurah (كونية
منظورة )
Mandzurah
berasal dari kata bahasa arab yang mempunyai akar kata, نظر- ينظر, yang artinya melihat.
Kata mandzurah juga merupakan isim maf’ul dari kata nadzara yang berarti
dilihat. Dengan demikian ayat kauniyah mandzurah adalah segala
tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang terdapat dibumi dan langit dan apa yang
ada diantara keduanya yang dapat dilihat oleh indera manusia, namun tanda-tanda
ini tidak dicantumkan dalam ayat al-Qur’ān dan tidak dibaca. Dikatakan mandzurah
karena ia hanya dapat dilihat oleh manusia pada Alam semseta dan tidak dapat
membacanya karena memang tidak disebutkan secara jelas dalam ayat-ayat
al-Qur’ān. Namun walaupun demikian, ayat
kauniyah mandzurah ini disebutkan dalam al-Qur’ān secara global, firman
Allah SWT:
إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ
لِلْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya
pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk
orang-orang yang beriman”.[45]
Firman
Allah SWT:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin”.[46]
Secara
umum, ayat kauniyah mandzurah adalah segala apa yang dapat dilihat
indera manusia di langit dan di bumi. Di antara tanda-tanda kebesaran Allah SWT
yang menunjukkan ke Agungan-Nya adalah segala ciptaan yang ada di langit dan di
bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya. Di langit banyak tanda-tanda
kebesaran Allah SWT yang dapat dilihat
dengan indera begitu juga halnya di bumi, Seperti jenis bebatuan, jenis ikan,
jenis tumbuhan, jenis hewan, hasil kekayaan bumi, keindahan Alam semesta, dll.[47]
Tanda-tanda kebesaran Allah SWT melalui ayat kauniyah mandzurah ini
sangat tidak terbatas jumlahnya, yaitu meliputi seluruh apa yang dapat dilihat
oleh indera manusia.
Anda dapat mengakses makalah lengkap versi word melalui:
abdurrahimharpy@gmail.com (format: nama+judul makalah)
atau Hubungi kami di +60183758751
dan kami juga melayani jasa pembuatan makalah untuk semua mata kuliah dan subjek
1.3.3. Ayat Kauniyah Maqru’ah wa Madzurah (كونية مقروئة و
منظورة )
Secara
bahasa Ayat kauniyah maqru’ah wa mandzurah bermakna tanda-tanda kejadian yang dibaca. Kata
lain dari istilah maqru’ah adalah maktubah yaitu yang ditulis.
Dikatakan maktubah karena tidak hanya dibaca tetapi juga ditulis dalam mushaf. Sedangkan secara istilah, Ayat kauniyah maqru’ah wa mandzurah adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT tentang
kejadian Alam semesta yang terdapat dalam al-Qur’ān dan dapat dilihat oleh
manusia secara langsung di Alam sekitar. Ayat kauniyah maqru’ah wa mandzurah merupakan gabungan daripada dua tanda-tanda kebesaran
Allah SWT, yaitu tanda-tanda kebesaran
Allah SWT yang disebutkan dalam al-Qur’ān dan tanda-tanda kebesaran
Allah SWT yang
diciptakan di Alam. Ayat kauniyah maqru’ah madzurah meliputi segala macam ciptaan Allah SWT yang kecil ataupun besar yang disebutkan dalam al-Qur’ān secara tertulis dan dapat dilihat
dengan kasat mata. Bahkan pada diri manusia secara fisik maupun psikis merupakan ayat kauniyah
maqru’ah mandzurah, hal ini karena beberapa ayat al-Qur’ān menjelaskan
tentang bagian-bagian dari fisik manusia seperti; mata, telinga, hidung,
tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya mulai dari hujung kaki hingga kepala. Dikarenakan
tanda-tanda ini disebutkan dalam al-Qur’ān dan dapat dilihat, maka disebutlah ayat
kauniyah maqru’ah mandzurah.
Di dalam
Al-Qur’ān terdapat lebih dari 800 ayat kauniyah maqru’ah mandzurah yang memberikan
petunjuk kepada manusia tentang fenomena Alam.[48] Hal ini bertujuan agar manusia sentiasa dapat
mengenal Tuhan melalui tanda-tanda ciptaannya.
Syufyan bin Uyainah berkata:”
Jika manusia mempunyai fikiran maka setiap melihat sesuatu ia akan dapat
menarik pelajaran.” Alam dan segala isinya merupakan anugrah bagi manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
memikirkannya.[49]
Allah SWT
menciptakan manusia untuk mengolah bumi dan memanfaatkannya semaksimal mungkin
untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Allah SWT selalu memerintahkan kita
untuk berpikir terhadap ayat-ayat yang diturunkan-Nya dalam Al-Qur’ān, agar
supaya manusia dapat mengambil ilmu pengetahun dan pelajaran. Beberapa
contoh ayat kauniyah maqru’ah mandzurah sebagai
berikut:
a)
Ilmu
Pengetahun Alam, Biologi, dan Geografi
Sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, Biologi menganalisis
fenomena Alam dan makhluk hidup. Beberapa Ayat Al-Qur’ān yang menyebutkan
berkenaan biologi seperti; proses penciptaan manusia (Q.S. al-Mukmin/Ghafir:67), Asal-usul
kehidupan dari air (Q.S. Al-Anbiya':30), Macam-macam
air sebagai sumber kehidupan (Q.S. Thaha:53; Q.S. Al-An'am:99; Q.S.
An-Nahl:65; Q.S. Al-Hajj:5), Dunia tumbuhan yang tumbuh subur karena air
(Q.S. Fushshilat: 39; Q.S. Qaf: 9-11; Q.S. Al-An'am:141;), Aneka ragam buah,
bunga, dan hasil panen yang dapat dipetik (Q.S. Al-Hijr:19; Q.S.
Al-Qamar:49; Q.S. Ar-Ra'd: 3-4; Q.S. Thaha:53; Q.S. Luqman:10; Q.S.Hajj:5; Q.S.asy-Syura:7-8;
Q.S. Al-An'am:95; Q.S. Yasin:36), Dunia binatang (Q.S. Al-Najm: 45-46; Q.S.
Zukhruf: 12; Q.S. Al-An'am: 38, 142-144; Q.S. Al-Nahl: 5-9), Dataran tinggi
dan hujan (Q.S. Al-Baqarah: 265); Banjir (Q.S. Saba': 15-16), Gerak
hewan (Q.S.Nur: 45), Perkawinan tumbuhan & hewan (Q.S. Yasin:36;
Q.S. Al-Hijr: 22), Alam semesta dalam
keadaan gas (Q.S. Fushshilat: 11), Orbit (Q.S. Ad-Dzariyat: 7; Q.S.
Al-Anbiya': 33; Yasin: 40), Atom dan subatom (Q.S. Saba': 3); Tarikan
dan gerakan (Q.S. Takwir: 15-16), Relativitas waktu (QS. Ma’arij:4;
Q.S. Sajdah: 5; QS. Al-A'raf: 54; Q.S. Hud: 7; Yunus: 3, 5 & 45; Q.S.
Al-Furqan: 59; Q.S. Al-Mukminun: 112-113), Rotasi & revolusi (Q.S.
Yasin:38; Q.S. Shaffat: 5; Q.S. Yunus:5), Orbit bulan (Q.S. Yasin: 39; Q.S.
Syams: 1-2), Lapisan langit (Q.S. Mulk: 3), Lapisan bumi (Q.S.
At-Thalaq: 12), Hujan (Q.S. At-Thariq: 11), Langit tanpa tiang
(QS. Ar-Ra'd: 2; QS. Fathir: 41), Bentuk bumi (Q.S. An-Nazi'at: 30), Siang
dan malam (Q.S. Az-Zumar: 5), Rotasi bumi dan gunung (Q.S. An-Naml:
88), Awan dan proses terjadinya hujan (QS. Nur: 43; Q.S.Ar-Ra'd: 12), Siklus
air (Q.S. Az-Zumar: 21; Q.S. An-Nazi'at: 31), Laut (Q.S. Ar-Rahman:
19-20), Minyak bumi (Q.S. Al-A'la: 4-5), Teori Big Bang (Q.S. Al-Anbiya:30).
b)
Fisika
dan kimia
Fisika dan kimia adalah ilmu yang menyelidiki
fenomena-fenomena benda tak bernyawa. Diantara filosof muslim yang berjasa dalam bidang
ini adalah al-Kindi, al-Biruni, al-Nazzam,
al-Baqillani, Mulla Shadra, dan masih banyak
lagi. Beberapa ayat yang berkaitan dengan materi fisika diantaranya: Listrik (Q.S. Nur: 35), Atmosfer
(Q.S. Fushshilat: 12), energy panas (Q.S. Yasin: 80; Q.S. Waqi'ah: 71-73; QS. Thaha: 10; Q.S.
an-Naml: 7), neraca dan pengukuran (Q.S.
al-An'am: 152; Q.S. al-A'raf: 85; Q.S. alSyura: 17),
gelombang suara (Q.S. al-Kahfi: 26; Q.S. Saba': 50), dunia
warna (Q.S.
Fathir: 27-28; Q.S. al-An'am: 99), Air/Hidrogen (Q.S. Hud: 11; Q.S. al-Anbiya': 30), Partikel atom
& subatom (Q.S. Saba':3; Q.S.
al-Furqan: 2), reaksi kimiawi pada fenomena batu-batuan (Q.S. al-Baqarah: 74; Q.S. al-A'raf: 58), logam mulia
(QS. Ali-Imran: 14; QS. al-Taubah: 34), besi
(Q.S. al-Hadid: 25; Q.S. al-Isra': 51, Q.S.
Saba': 10-11; Q.S. Ibrahim: 50).
c) Teknologi dan transportasi
Teknologi dan
transportasi merupakan dua hal yang sangat penting dalam mendukung
keberlangsungan hidup manusia sejak zaman dahulu, sekarang dan masa akan datang.
Kemajuan teknologi dan transportasi telah memberikan
kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah-Nya. Karena Allah telah mengaruniakan kenikmatan kepada manusia yg bersifat
saling melengkapi yaitu anugerah Agama dan kenikmatan teknologi dan
transportasi. Salah satu indikasi al-Qur’ān yang tersirat berkaitan teknologi
dapat di lihat pada Surat Ar-Rahman Ayat 33;
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ
تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ
إِلا بِسُلْطَانٍ (٣٣)
“Hai jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan
(teknologi)”.
Beberapa ahli menjelaskan kata sulthan
dengan berbagai macam arti, ada yang mengartikan dengan kekuatan, dan
kekuasaan, ada pula yang mengartikan dengan ilmu pengetahuan, kemampuan dan
sebagainya. Maka dapat disimpulkan yang dimaksud
sulthan adalah kelapangan dan
kedalaman ilmu atau yang disebut dengan teknologi. Sedangkan transportasi pula disebutkan dalam al-Qur’ān menggunakan lafaz يركب - ركب yang berarti
menaiki kendaraan. Al-Qur’ān menyebutkan term ini sebanyak 15 kali dalam
15 ayat. Dari seluruh ayat itu, dapat diperoleh pemahaman seputar transportasi
dalam perspektif al-Qur’an. Kecanggihan
teknologi dan transportasi saat ini melupakan manusia akan kebesaran Allah SWT
yang sejak 20 abad (Masehi) yang lalu telah disebutkan dalam al-Qur’ān. Beberapa
ayat tentang teknologi dan transportasi seperti; Pesawat (Q.S. QS. Al-Mulk:
19), helicopter (Q.S.QS Al-Hajj: 73, An-Nahl: 68, Q.S. Al-Baqarah
: 26), Baju besi (Q.S
An-Nahl: 81, Q.S. Al Anbiyā’: 80, Q.S. Al Hadīd: 25, Q.S. Saba’: 10-11), benteng kokoh (Q.S.
Al-Kahfi: 96), alat penangkap ikan (jaring) dengan
perumpamaan sarang laba (Al-Ankabut Ayat
41), alat transportasi darat dan laut (Q.S. Yasin: 41-42, Q.S. az-Zukhruf: 12-13, Q.S. an-Nahl: 7-8, Q.S. al-Hajj: 65).
d)
Medis dan Kesehatan
Bahasa Arab obat adalah syifa’. Di
dalam al-Qur’ān kata syifa’ dan derifativnya digunakan sebanyak 8 kali, yaitu
pada Q.S. 9:14, Q.S. 26:80, Q.S. 10:57, Q.S. 41:44, Q.S. 16:69, Q.S. 17:82, Q.S.
3:103, Q.S. 9:109. Terkait dengan medis dan kesehatan, Al-Qur’ān tidak
memberikan penjelasan yang sangat rinci tentangnya. Misalnya, Al-Qur’ān tidak
menjelaskan bahan-bahan apa saja yang bisa digunakan sebagai obat, dan untuk
mengobati penyakit apa. Al-Qur’an hanya memberikan panduan global, arah-arahan
sebagai penuntun bagi manusia dalam berinteraksi di bidang tersebut supaya
mereka tidak merugi di dunia maupun di akhirat. Banyak ayat-ayat Al Qur'an yang
berkaitan tentang medis dan kesehatan. Hal Ini dapat dijadikan referensi
dalam menyampaikan tentang pentingnya kesadaran akan kesehatan terutama ketika
pertemuan antara dokter dan pasien muslim. Dengan mengutip ayat-ayat
Al-Qur'ān cenderung membawa pengaruh positif pada perilaku mereka. Beberapa ayat Al-Qur'ān
tentang medis dan kesehatan di antaranya;
Tentang Kebersihan Diri (Q.S. Al-Baqarah:222, Q.S. Al-Maidah : 6, Q.S.
Al-Anfāl:11, Q.S. Muddatsir: 4, Q.S. At-Tauba: 108, Q.S. Al-Furqān: 48), manajement
setres (Q.S. Ali-Imran:133-134), manajemen
kesehatan melalui ASI (Q.S. Al-Baqarah: 233), manajemen kesehatan
(Q.S. al-Baqarah: 222 dan 228, Q.S. Al-a’rāf: 31, Q.S.
Tāhā: 81).
1.4. Manfaat Ayat-Ayat Kauniyah
Manfaat ayat-ayat kauniyah yang
menunjukkan keluasaan rahmat Allah SWT, kemahamurahan, dan kebaikan-Nya,
diantaranya:
1.
Dengan mengkaji dan meneliti ayat
kauniyah akan dapat menguak rahasia al-Qur’ān yang dengannya akan menambah
keimanan seseorang dalam meyakini al-Qur’ān sebagi kitab yang universal
2.
Mencegah
paradigma manusia daripada dikotomik ilmu antara ilmu agama dan non agama yang
sejatinya kedua-duanya tidak dapat dipisahkan dan berjalan dengan sendirinya.
3.
Dengan
mengkaji ayat kauniyah akan dapat menghasilkan ilmu-ilmu baru yang bermanfaat
bagi manuisia yang disebut dengan sains huduri
4.
Merasakan keagungan Allah dan kelemahan
diri. Pengagungan akan melahirkan kecintaan, rasa takut untuk mendurhakai-Nya,
juga berharap hanya kepada Allah. Sedangkan menyadari kelemahan diri akan
membuat manusia tawadu’,
mengembalikan urusan kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya dan menjauhkan diri
dari sifat congkak dan sombong.
5. Setiap makhluk yang berada
di muka bumi ini menjadi sumber inspirasi bagi manusia untuk mendapatkan
maslahat duniawi dan ukhrawi. Bukankah terciptanya pesawat dan helikopter itu
karena inspirasi dari burung dan capung? Manusia juga bisa mendapat pelajaran
dari mujahadahnya semut, tawakalnya seekor burung dan masih banyak lagi. Setiap
makhluk menjadi sumber inspirasi.
6.
Mendorong manusia untuk bersyukur. Karena tidak satupun makhluk yang
diciptakan oleh Allah melainkan berfaedah bagi manusia. Satu
contoh andai saja manusia harus membayar pajak untuk penerangan matahari,
berapa biaya harus dikeluarkan oleh manusia? Kenyataan ini melahirkan rasa
syukur dan pengakuan, “Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia,
Maha Suci Engkau maka jauhkanlah kami dari siksa neraka”.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”.[50]
1.5. Hubungan antara Ayat
Qauliyah dan Ayat Kauniyah
Antara
ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah terdapat hubungan yang sangat erat
karena keduanya sama-sama berasal dari Allah. Kalau kita memperhatikan ayat
qauliyah, yakni Al-Qur’an, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan
anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian
banyak perintah tersebut adalah firman Allah SWT:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20)
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah
kamu tidak memperhatikan?”.[51]
Dalam ayat diatas, secara jelas Allah SWT mengajukan sebuah kalimat
retoris: “Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada
bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya
yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita
masing-masing. Inilah ayat-ayat Allah dalam bentuk Alam semesta (ath-thabi’ah,
nature). Dalam al-Qur’ān Allah SWT berfirman:
“Maka tidakkah mereka bepergian di
muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?”.[52]
Ayat ini juga
perintah Allah SWT agar kita memperhatikan jenis lain dari ayat-ayat kauniyah,
yaitu sejarah dan ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah). Disamping
itu, sebagian diantara ayat-ayat kauniyah juga tidak jarang disebutkan secara
eksplisit dalam ayat qauliyah, yakni Al-Qur’ān. Tidak jarang dalam al-Qur’ān
Allah memaparkan proses penciptaan manusia, proses penciptaan Alam semesta,
keadaan langit, bumi, gunung-gunung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan
sebagainya. Bahkan ketika para ilmuwan menyelidiki dengan seksama paparan dalam
ayat-ayat tersebut, mereka terkesima dan takjub karena menemukan keajaiban
ilmiah pada ayat-ayat tersebut, sementara al-Qur’ān diturunkan beberapa ratus
tahun yang lalu, dimana belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah.
Karena itu,
tidak hanya ayat-ayat qauliyah yang menguatkan ayat-ayat kauniyah. Tetapi juga
sebaliknya, ayat-ayat kauniyah juga senantiasa menguatkan ayat-ayat qauliyah.
Adanya penemuan-penemuan ilmiah yang menegaskan kemukjizatan ilmiah pada
al-Qur’ān tidak diragukan lagi merupakan bentuk penguatan ayat-ayat kauniyah
terhadap kebenaran ayat-ayat qauliyah. Ayat-ayat
kauniyah sangat banyak ditemukan dalam
ayat-ayat qauliyah yaitu al-Qur’ān, beberapa diantaranya adalah:
È@è%
(#rãÝàR$#
#sŒ$tB
’Îû
ÅVºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚö‘F{$#ur
4
$tBur
ÓÍ_øóè?
àM»tƒFy$#
â‘ä‹–Y9$#ur
`tã
7Qöqs%
žw
tbqãZÏB÷sãƒ
“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di
bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".[53]
Dalam ayat ini, Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya untuk memerhatikan apa
yang ada di langit dan di bumi secara lebih mendetail. Perintah ini mengandung
maksud agar manusia menggunakan akalnya untuk mempelajari, meneliti dan
mengelola sumber kekayaan Alam dan ciptaan Allah yang
lain, manusia harus menguasai berbagai pengetahuan dan teknologi.[54]
[1] Waheedudddin
khan, Agama versus Sains Modern, terj. Ahmadie Thaha (Surabaya: Al-Ikhlas,1971), 69.
[2] “Science” , The Columbia Encyclopedia,
ed. 3(Washington D.C.: National Science Teachers Association, 1963), 1990.
[3] James B. Conant, Science and Common Sense,
(New Haven: Yale University Press, 1951), 25.
[4] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya Press, 2012), 14.
[5] Al-Bughā,
Mustafā Dīb & Mastū, Muhy al-Dīn Dīb, al-Wāḍiḥ fī ‘Ulumu al- Qur’ān, ed.
ke-2 (Dimashq: Dār al-Kalim al-Tayyib, 1998), 257.
[6] Al-Kitab
ialah sesuatu yang ditulis, baik berupa gambaran atau ukiran yang
menunjuk adanya suatu makna ataupun pengertian-pengertian tertentu. Yang
dimaksudkan dengan al-Kitab di sini ialah al-Qur’ān, yang dijanjikan
oleh Allah SWT bahwa kitab itu diturunkan untuk
mengukuhkan risalah dan sebagai pedoman bagi Nabi SAW dalam memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada umatnya yang menghendaki kebenaran, kebahagiaan
dunia dan kesejahteraan akhirat, Lihat.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’ān al Majīd an-Nūr, Juz 1
(Semarang: Pustaka Rizki Putra,2000), 32.
[7] Al-Furqān diambil dari kata al-farq, artinya
pembatas, pembeda, memisahkan di antara yang benar dengan yang salah,
yang hak dan yang batil, jalan yang lurus dengan jalan yang bengkok
berbelit-belit. Oleh sebab itu maka Al-Qur'ān sendiripun disebut juga
Al-Furqān, bahkan Taurat-pun disebut juga Al-Furqān. Maka menurut tafsir Ibnu
Jarir, yang dimaksud dengan Al-Furqān di sini ialah akal manusia sendiri,
karena akal manusialah yang dapat membedakan di antara keduanya, Lihat. Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Juz III,
Surah Ali Imrān [3]: 4.
[8] Al-Hudā
sendiri bermakna al-Irsyād wa al-Bayān (Petunjuk dan Penjelasan). Maknanya,
al-Qur’ān secara keseluruhan, baik ayat-ayat muhkām, mutasyābihāt, maupun nāsikh
dan mansūkh jika diteliti secara mendalam, akan menghasilkan hukum halal dan
haram, nasihat-nasihat, serta hukum-hukum yang penuh hikmah. Lihat. Imam al-Qurthubi, Tafsir
al-Qurthubi, (Maktabah Syāmilah, Juz II), 290.
[9] Al-Shifā
adalah penyembuh, al-Qur’ān dapat berfungsi sebagai penyembuhh bagi orang-orang
yang beriman atas berbagai macam penyakit baik psikologis maupun jasmani dan
bagi orang yang mengetahui dan mengamalkannya dapat berfungsi sebagai obat dari
kebodohan, Lihat. Aswadi, Konsep Syifa’ Dalam al-Qur’ān (Jakarta:
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Kementrian Agama RI, 2012), 5.
[10]
Secara bahasa, al-‘ilm adalah lawan dari al-jahl
(kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
dengan pengetahuan yang pasti. Al-Qur’ān disebut dengan al-‘ilm karena ia
mengandung banyak ilmu dan merupakan sumber kepada ilmu, ia juga dapat
mengeluarkan manusia daripada kebodohan.
[11] Harifudin
Caridu, Konsep Syukur Dalam Al-Qur’ān; Satu Kajian Dengan
Theology’s Pendekatan Tematik
(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 3.
[12] S.Waqar Ahmed Husaini, Islamic Thought in
the Rise and Supremacy of Islamic Technological Culture; Water Resources and eEnergy
(New Delhi: Goodword Press, 1996), 2.
[13] Quraish
Shihab, Lentera Al-Qur’ān (Jakarta: Mizan, 2008), 23.
[14] Hairuddin Harun, Daripada Sains Yunani Kepada Sains Islam;
Peranan dan Proses Penyerapan Sains Asing
Dalam Pembentukan Sains Islam Klasikal.
(Kuala Lumpur : University Malaya, 1992), 51.
[15]
Kajian ini telah dijelaskan dalam buku
penulis yang berjudul “Pengantar Ilmu Kurikulum Sains Berbasis Al-Qur’ān dan
Sunnah” yang merupakan kajian lanjutan daripada “Pengantar Ilmu Al-Qur’ān
dan Sains Modern” yang anda baca saat ini.
[16] Syekh
Yusuf Al –Hajj Ahmad, Al-Qur’ān Kitab Sains dan Medis, terj. Kamran Asad
Irsyadi, ed. Ke-2 (Jakarta: Grafindo,
2006), 16.
[17] Binyamin
abrahamov, Islamic Theology; Traditionalism and Rationalism (Endiburgh:
Endiburgh University Press, 1998), 12.
[18] Muzaffar Iqbal, The Making of Islamic
Science (London: Greenwood Press, 2007), 35.
[19] Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah vol 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 138.
[20] Maurice Bucaille, Alquran dan sains modern (Jakarta:
Media Da’wah, 1992), 16.
[21] Q.S. Yasin [36]: 38.
[22] Q.S. Ar-Rum [30]: 48.
[23] Q.S. Al Hijr [15]: 22.
[24] Q.S. Al-Anbiya [21]: 30.
[25] Muzaffar
Iqbal, The Making of Islamic Science (London: Greenwood Press, 2007),
36.
[26] Metafisika
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat
fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya. Kajian mengenai
metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan
sifat-sifat yang meliputi realitas yang dikaji. Lihat. Van Inwagen, Peter, ed.
Metaphysics (Metaphysics Research Lab, Stanford University, The Stanford
Encyclopedia of Philosophy, edisi ke-2016).
[27] Syekh
Yusuf Al –Hajj Ahmad, al-Qur’ān kitab sains dan medis, terj. Kamran Asad
Irsyadi ed. ke-2 (Jakarta: Grafindo,
2006), 17.
[28] Zainal
Abidin Bagir et al, Iintegrasi ilmu dan Agama; Interpretasi dan Aksi,
ed. ke-1 (Bandung: Mizan, 2005), 39.
[29] Sains yang dimaksudkan dalam buku ini adalah sains modern yang
berkaitan dengan ilmu-ilmu alam semesta dan cabang disiplin ilmu yang
berkaitaan dengannya seperti matematika, medis, dan teknologi.
[30] Ibid, 3-4.
[31] Q.S. Fushshilat [41]: 53.
[32] Abuddin Nata et. al., Integrasi
Ilmu Agama dan Ilmu Umum (Jakarta:
Raja Grafindo, 2005), 52.
[33]
Sekularisasi adalah perubahan dan
pemisahan nilai-nilai agama menjadi nilai-nilai non-agama. Bahkan
sekularisasi mengarah pada keyakinan bahwa agama tidak ada hubungannya
dengan kehidupan dunia baik dalam kajian ilmiyah maupun non ilmiyah yang
akibatnya agama kehilangan kekuasaannya di semua aspek kehidupan sosial dan
pemerintahan.
[34] Q.S. Al-‘Alaq:1-5.
[35] El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran Tentang Alam Semesta.
(Jakarta : Amzah, 2000) h. 36
[36] Q.S. Muhammad [47]: 15.
[37] Q.S. Al-Baqarah
[2]: 25.
[38] Q.S.Ali Imrān
[3]: 133.
[39] Q.S Ar-Rahmān [55]: 72.
[40] Q.S An-Naba [78] : 31—33.
[41] Q.S Al-Waqi’ah [56] : 20—21)
[42] Q.S Al-Waqi’ah
[56] : 32-34.
[43] Q.S Al-Haqqah
[69] : 23-24.
[44] Q.S. Al-Insān [76] : 17-18.
[45] Q.S. Al-Jatsiyah [45] : 3.
[46] Q.S. Adz-Dzāriyāt [51] : 20.
[47] Walaupun Allah telah
menjelaskan dalam al-Qur’ān diciptakan
tumbuhan dan hewan yang bermacam-macam jenis, namun tidak semua jenis tumbuhan dan hewan yang kita lihat di bumi
disebutkan dalam al-Qur’ān seperti buah rambutan, durian, nenas, rusa, zerapah, zebra
dan lain-lain . Hanya ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang dijelaskan
dalam al-Qur’ān. Begitujuga dengan benda-benda yang ada di dalam bumi seperti
minyak tanah, mineral, timah, batubara dan lain-lain.
[48] Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta; Sisi
Al- Qur’an yang Terlupakan (Bandung: Mizan, 2008), h.1.
[49] Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Tentang Akal
dan Ilmu Pengetahuan, Terj. Abdul Hayyie Al-Qattani (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 42-43,
[50]
Q.S. Ali Imran [3]: 191.
[51] Q.S
Adz-Dzariyat [51]: 20-21
[52]
Q.S. Yusuf [12]: 109.
[53] Q.S. Yunus [10]: 101.
[54] Fauziyah, Lilis
dan Andi Setyawan. Kebenaran al-Quran dan Hadis, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007), 45.
Komentar
Posting Komentar